Jumat, 23 September 2011

KEMAJUAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH

KEMAJUAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH
Disusun oleh :
Moh. Duhri

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Islam sejak kelahirannya pada awal abad ke-7 di Mekkah, Islam terus mengalami perkembangan yang pesat melewati berbagai tantangan yang sangat berat, sampai akhirnya tersebar ke seluruh dunia.[[1]] Bernard Lewis menulis, sampai akhir kekuasaan Khulafa’urrasyidin wilayah Islam terbentang luas dari Maroko sampai Indonesia, dari Kazakhtan sampai Sinegal.[[2]]
Seperti apapun kronologi wafatnya Kholifah Ali bin Abi Thalib, yang jelas hal ini telah menginspirasikan kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan untuk tampil sebagai pemegang tampuk kekuasaan islam, yang akhirnya berhasil dan mengubah kekuasaan dengan sistem dinasti dan diberi nama khilafah bani Umayyah. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya dinasti yang dibentuk mu’awiyah akhirnya dinasti ini runtuh pula.
Indikasi keruntuhan dinasti Bani Umayyah sebenarnya sudah tercium sepeninggal khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Kedamaian dan  ketentraman yang dirasakan masyarakat berganti dengan kekacauan dan kerusuhan. Keadaan ini terus berlanjut hingga pucuk pimpinan dinasti ini dipegang khalifah Hisyam ibn Abdul Malik dan khalifah-khalifah berikutnya. Di sisi lain kelompok oposisi yang digalang oleh keturunan Abbas ibn Abdul Muthalib yang mendapatkan dukungan dari golongan mawali (non-Arab) dan Abu Muslim al-Khurasani menjelma menjadi momok menakutkan, ditambah lagi khalifah-khalifah yang menggantikan Hisyam Ibn Abdul Malik begitu lemah dan bermoral buruk. Ketika Marwan Ibn Muhammad naik tahta, Khalifah yang tercatat sebagai khalifah terakhir dari Bani Umayyah ini karena adanya kekacauan, dia melarikan diri ke Mesir dan akhirnya terbunuh di sana. Dan pada saat itulah kekhalifahan berpindah kepada Bani Abbasiyah.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan pembahasaan makalah ini adalah :
1.      Awal munculnya dinasti Bani Umayyah dan Abbasiyah
2.      Sistem pergantian Kholifah
3.      Prestasi yang dicapai
4.      Sebab kemunduran
C.     Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan agar  :
1.      Mengetahui Awal munculnya dinasti Bani Umayyah dan Abbasiyah
2.      Mengetahui Sistem pergantian Kholifah
3.      Mengetahui Prestasi yang dicapai
4.      Mengetahui Sebab kemunduran

BAB II
PEMBAHASAN
a. Asal-usul Dinasti Bani Umayyah
Nama ” Daulah Umayah” berasal dari nama ” Umayah ibnu” Abdi Syam ibnu ”Abdi Manaf”, yaitu salah seorang dari pemimpin Qurays di zama Jahiliyah[[3]]. Bani Umayah merupakan keturunan Umayah, yang masih memiliki ikatan famili dengan para pendahulu Nabi. Naiknya bani Umayah ke puncak kekuasaan, dimulai oleh Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan, salah seorang keturunan bani umayah dan salah seorang sahabat Nabi, dan ia menjadi bagian penting dalam setiap masa pemerintahan para khulafa ar-rasyidun. Pada masa Ustman, Mu’awiyah diduga memiliki hubungan yang kuat dengan Ustman, sehingga terjebak dengan praktik nepotisme dengan Mu’wiyah. Bahkan kerusakan pemerintahan Ustman akibat nepotismenya kepada Bani Umayah, sehingga mendapatkan tantangan dari para pendukung Ali.[[4]]
Disinilah letak kepekaan nalar politik yang dimiliki Mu’awiyah mulai bekerja. Mu’awiyah pada dasarnya termasuk politisi ulung yang mampu mengambil posisi kekuasaan dalam setiap masa pemerintahan. Pada masa Ustman, betapa Mu’awiyah mampu membangun koalisi nepotis dengan Ustman, sehingga Bani Umayah tetap menjadi pihak yang diuntungkan. Sementara pada masa-masa Ali, Mu’awiyah telah mulai melakukan gerakan politik untuk meraih posisi puncak dalam kekuasaan. Mu’awiyah mampu memanfaatkan kelemahan dan keluguan kekuasaan Ali.
Pada masa Ali masih berkuasa, Mu’awiyah telah memiliki kekuatan penuh, sehingga pada saat Ali terbunuh, Mu’awiyah langsung mengambil alih kekuasaan dengan sangat mudah dan terkordinasi dengan baik. Salah satu kepekaan nalar politik Mu’awiyah ialah mampu belajar pada pengalaman yang terjadi pada tiga khalifah sebelumnya, yang berakhir dengan pembunuhan. Pilihan memindahkan kekuasaan ke luar Jazirah Arab, menunjukkan sikap dan kecerdasan politik Mu’awiyah dalam menghindari pergolakan antar kubu yang sangat tragis di kalangan umat Islam di jazirah Arab bahkan sebagai upaya untuk menghindari tragedi pembunuhan yang dilakukan terhadap tiga khalifah sebelumnya. Akhirnya, Mu’awiyah dan dinastinya mengendalikan kekuasaannya dari luar jazirah Arab, mencoba bersebarangan dengan para pendahulu-pendahulunya yang berkonsentrasi di wilayah jazirah Arab. Menurut H.A.R. Gibb : Mulai tahun 660 M. ibu kota kerajaan Arab dipindahkan ke Damaskus, tempat kedudukan baru khilafah Bani Umayah, sedangkan Madinah tetap merupakan pusat pelajaran agama Islam, pemerintah dan kehidupan umum kerajaan dipengaruhi oleh dapat istiadat Yunani Romawi Timur.[[5]]


b. Sistem Pergantian Kholifah
Pada masa-masa Awal Mu’awiyah menjadi penguasa kekuasaan masih berjalan secara demokratis, tetapi setelah berjalan dalam beberapa waktu, Mu’awiyah mengubah model pemerintahnya dengan model pemerintahan monarchiheredetis (kerajaan turun temurun).[[6]] yaitu sebagai berikut:
NO
NAMA
MASA BERKUASA
1
Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan
661-681 M
2
Yazid ibn Mu’awiyah
681-683 M
3
Mua’wiyah ibnu Yazid
683-685 M
4
Marwan ibnu Hakam
684-685M.
5
Abdul Malik ibn Marwan
685-705 M
6
Al-Walid ibnu Abdul Malik
705-715 M
7
Sulaiman ibnu Abdul Malik
715-717 M
8
Umar ibnu Abdul Aziz
717-720 M
9
Yazid ibnu Abdul Malik
720-824 M
10
Hisyam ibnu Abdul Malik
724-743 M
11
Walid ibn Yazid
734-744 M
12
Yazid ibn Walid [ Yazid III]
744 M
13
Ibrahim ibn Malik
744 M
14
Marwan ibn Muhammad
745-750 M

c.Keberhasilan Yang Dicapai
Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial
a). Bidang Material :
1.      Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata.
2.      Mu’awiyah merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan ”anjung” dalam masjid tempat is sembahyang. Ia sangat khwatir akan keselamatan dirinya, karena khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat.
3.      Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
4.      Mu’awiyah sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian dimatangkan lagi pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata dengan baik, sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.
5.      Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
6.      Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan keseluruh penjuru negeri islam.
7.      Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat untuk orang-orang yang infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.
8.      Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal perang waktu itu berjumlah 1700 buah.
9.      Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa Yunani dan Pahlawi sehingga sampai berdampak pada orang-orang  non  Arab  menjadi  pandai  berbahasa Arab dan untuk menyempurnakan pengetahuan tata bahasa Arab orang-orang non Arab, disusun buku tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls