Rabu, 21 September 2011

FIQIH KLENIK

fFIQIH KLENIK

Petunjuk “Syeikh Zainudin Bin Ali” Al-Malaybari,
TENTANG: MENUJU JALAN TERANG

    Sesungguhnya jalan terang itu, terdiri dari: Syareat, Tarekat dan Hakekat. Dengarlah perumpamaan berikut ini!!!
“Syareat itu ibarat perahu, Tarekat itu ibarat samudera dan Hakekat itu ibarat mutiara yang yang tak ternilai harganya”.
“Syareat adalah: berpegang pada agama Allah sang pencipta, melakukan perintah dan menjahui larangannya”.
“Tarekat adalah : berpegang pada kehati-hatian, seperti berperilaku wira’i , dan juga menahan keadaan yang berat, seperti terus menerus mengekang nafsu kesenangan”
“Hakekat adalah: sampainya seoarang saalik pada maksud tujuan (ma’rifat kepada Allah), seraya menyaksikan kilatan cahaya ilahiyah”.
“Barang siapa ingin mendapatkan mutiara, hendaknya naik perahu, menyelam kedasar samudera dan kemudian mengambilnya”
“Wahai saudaraku! Tarekat dan hakekat itu tidak akan bisa engkau raih kecuali dengan menjalani syareat”.
“Hendaknya seorang saalik menghiasi lahiriahnya dengan syareat supaya kalbunya bercahaya”.

“Kegelapanpun sirna, dan tarekatpun bersemayam dalam kalbu”
     
“Mereka kaum sufi, masing-masing punya tarekat yang dipilih untuk mengantarkan nya menuju jalan terang”.
“ada yang duduk mengajar dan membimbing umat manusia dan ….
Adapula yang memperbanyak wirid-wirid seperti puasa dan sholat”.
“Sebagian lagi berkhidmah melayani kepentingan masyarakat ……
bahkan diantara mereka ada yang mencari kayu bakar dan menjualnya untuk disedekahkan kepada sesama”.

Tentang:”Hakekat Tanpa Syare’at Batal,Syare’at Tanpa Hakekat berakibat  Fatal

Hakekat tanpa syare’at batal (tidak diterima), syare’at tanpa hakekat berakibat  fatal (sia-sia). Contoh yang pertama (hakekat tanpa syareat batal), adalah: ketika engkau berkata kepada seseorang: “sholatlah dzuhur !!!” .Kemudian dia menjawab: “Jika Allah menakdirkan aku beruntung, maka aku akan  dimasukkan surga meskipun aku tidak mengerjakan sholat”. Atau ia menjawab: “Jika Allah menakdirkan diriku sholat, maka aku pasti melaksanakannya”. Orang seperti ini, hanya melihat urusan dari tinjauan batin saja (hakekat).

Contoh  yang kedua (syareat tanpa hakekat  berakibat fatal/sia-sia), adalah; ketika ada orang mengatakan : “Saya tidak mengerjakan sholat kecuali supaya masuk surga”. Atau mengatakan: “Saya tidak akan masuk surga kecuali dengan sholat”. Pelaksanaan Syareat seperti ini akan sia-sia menurut pandangan “Kaum 'Arifin”. Maksud dari “sia-sia” adalah: “keberadaan syareat itu seolah-olah seperti tidak ada (tidak mendapat pahala) karena masuk surga itu semata-mata anugerah Allah, bukan karena perantaraan amal, meskipun “pelaksanaan syareat” tersebut sudah menggugurkan kewajiban (menurut Fiqh sudah sah)”.

 Fatwa Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani
Tentang : Aliran suni dan 12 aliran-aliran sesat
     Aliran-aliran tasawuf  itu ada dua belas golongan salah satunya adalah kaum suni, yaitu orang-orang yang perbuatan dan perkataannya sesuai dengan syareat dan tarekat. Mereka itu dinamakan “kelompok Ahl As-Sunah wal Jamaah” sebagian masuk surga tanpa hisab dan sebagian yang lain, masuk surga setelah merasakan azab

Dua belas aliran sesat tersebut antara lain
1.Al-Hulwiyah, 2.Al-Haliyah, 3. Al-Auliya’iyah, 4. Atstsamro akhiyah, 5. Al-Hubbiyah, 6. Al-Huuriyah, 7. Al-Ibaahiyah, 8. Al-Mutakaasilah, 9. Al-Haddiyah, 10. Al-Mutajahilah, 11. Al-Waqifiyah, 12. Al-Haamiyah
1.Aliran Al-Hulwiyah : yaitu, suatu sekte yang mengatakan bahwa melihat wajah “perempuan cantik” atau “amrod  tampan”, hukumnya halal dan dibalik wajah itu tersembunyi sifat-sifat Tuhan yang maha haq. Mereka itu suka menari-nari, saling berciuman dan berpelukan. Sekte ini termasuk kufur murni.
2.Aliran Al-Haliyah : yaitu, suatu sekte yang mengatakan bahwa, menari (berjoget) dan tepuk tangan hukumnya halal. Mereka juga mengatakan bahwa guru tarekat itu punya “tingkatan spiritual” yang tidak bisa dijangkau “hukum Syara’”. Paham seperti ini, jelas-jelas “bidh’ah”- yang tidak dijumpai pada sunah Rosulullah Saw.
3.Aliran Auliya’iyah :yaitu, suatu sekte yang mengatakan : ketika seorang hamba mencapai martabat Auliya, maka terbebas dari semua tuntutan syar’i selain itu, mereka juga mengatakan : “seorang wali lebih utama dari pada Nabi. Karena ilmunya nabi dengan perantaraan Jibril as, sedangkan ilmunya para wali dengan tanpa perantaraan (dengan ilham ; langsung dari Allah) penafsiran seperti ini jelas keliru. Mereka ini termasuk golongan celaka, dengan sebab I’tiqod atau keyakinan yang mengandung kekufuran.
4.Ats-Tsamrokhiyah : yaitu, suatu sekte yang mengatakan, bahwa “kebersamaan dengan Allah adalah sesuatu yang azali” dengan sebab kebersamaan inilah perintah Allah dan larangannya menjadi gugur. Mereka menghalalkan rebana, rebab dan alat musik lainnya.(menurut mereka halalnya memang secara Syar’i). Dan anak perempuan bagi mereka, halal dikawini sendiri karena menurut mereka asalkan berjenis kelamin perempuan – halal dinikahi – mereka ini termasuk golongan orang – orang kafir, dan darahnya halal.
5.Aliran Al-Hubbiyah yaitu suatu sekte yang mengatakan bahwa, seorang hamba ketika mencapai derajat “mahabbah” disisi allah, akan bebas dari segala tuntutan syar’i selain itu mereka tidak menutup aurot - diantara sesama mereka-
6.Aliran Al-Huriyah, sekte ini hampir sama dengan Al-Haliyah ada sedikit perbedaan bahwa, mereka mengaku menyetubuhi “bidadari (Alhuur)”, dalam keadaan terbuai dzikir, kemudian setelah sadar mereka mandi “janabat”. Mereka ini pembohong dan akan celaka.
7.Aliran Al-Ibaahiyah : sekte ini tidak mau melakukan amar ma’ruf, menghalalkan perkara haram dan juga memperbolehkan menggauli wanita.
8.Aliran Al-Mutakaasilah (kelompok pemalas)- mereka mengemis dari pintu kepintu sementara itu, mereka mengaku “meninggalkan urusan dunia” dan merekapun kelak akan celaka.
9.Aliran Al-Mutajaahilah : suatu sekte yang lahiriahnya memakai pakaian orang – orang fasik dan mereka mengaku mementingkan “urusan batin” – urusan Hati -. Mereka ini juga akan celaka. Seperti difirmankan Allah Swt. : “dan janganlah kalian condong kepada orang-orang dzalim. Yang menyebabkan kalian tersentuh oleh api neraka”. Q.S Hud :113.
10.Aliran Al-Waqfiiyah : yaitu suatu sekte yang mengatakan, bahwa selainnya Allah tidak akan bisa mengenali Allah. Mereka tidak mau berusaha untuk mencapai “ma’rifat”. Dan merekapun juga akan celaka”.
11.Aliran Al-Haamiyah : sekte ini mengabaikan ilmu, melarang pengajian, mereka hanya mengikuti. Hukama’ dan mengatakan : “bahwa Al-Qur’an itu menjadi Hijab sedangkan syair-syair itu sebagai al-Qur’annya “ahli tarekat” sehingga merekapun meninggalkan Al-Qur’an dan mengajarkan syair-syair kepada anak-anak mereka. Selain itu juga mereka tidak mau membaca “wirid”. Dengan paham seperti ini mereka akan celaka. Sementara dalam “hati kecilnya” yang rusak, mereka selalu mengatakan : “kami ini ahlu sunnah wal jamaah” dimana sebenarnya mereka itu bukanlah golongan ahli sunah waljamaah.

Fatwa Syeikh Abdul Wahab As-Sya’roni
TENTANG “SYARAT MURSYID TAREKAT”

     Para guru tarekat  telah sepakat bahwa :
"tidak diperbolehkan bagi seseorang memberikan bimbingan kepada murid–murid tarekat kecuali ilmu syari’at dan alatnya laksana samudera, sebagaimana difatwakan para guru tarekat syadziliyah. Oleh karena itu syeikh Abu Hasan Asy-Sadzili, syeikh Abbul Abbas Al-Mursyi, Syeikh Yaqut Al-‘ursyi dan Tajuddin Ibnu 'Athoillah tidak mau menerima murid Tarekat kecuali telah betul-betul menguasai ilmu syari’at, sekira bisa mengalahkan para ulama’ dalam majlis munadzoroh. Jika tidak memenuhi syarat ini mereka tidak mau membai’atnya. Yang demikian ini untuk zaman sekarang (zaman Syeikh abdul Wahab Asy-Sya’roni) lebih langka dari pada belerang merah”.

 Fatwa sayyid Abdur-Rahman bin Musthofa Al-Idrus
TENTANG AMALAN YANG BISA MENYEBABKAN WUSHUL KEPADA ALLAH DI AKHIR ZAMAN.
Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin musthofa Al-Idrus (tinggal di Mesir), menyatakan (dalam penjelasan Beliau tentang sholawatnya sayyid ahmad Al-Badawi. Komentar ini ditulis dalam kitab yang berjudul “Miraatu Al-Syumus fi manaqibi Aali Al-Idrus”): “bahwa diakhir zaman nanti, ketika  sudah tidak ditemukan seorang murobbi (mursyid) yang memenuhi syarat, tidak ada satupun amalan yang bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan sholawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga. Kemudian setiap amal itu mungkin diterima dan mungkin juga ditolak kecuali bacaan sholawat kepada Nabi SAW yang pasti diterima, karena memuliakan pada Nabi. Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama.

1 komentar:

ABDUL HAMID AZZUHDY mengatakan...

ijin copas gan,,,,,,,, tetap semangat,,thanks

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls